Rabu, 7 Desember 2016, Universitas Ibn Khaldun Bogor dan Pemerintahan Kota Bogor menyelenggarakan sebuah seminar bersekala Nasional, bertempat di Aula Gedung Prof. Dr. H. Abdullah bin Siddik Universitas Ibn Khaldun Bogor, Jl. KH. Sholeh Iskandar Km. 2 Bogor, bertemakan “ Pengusulan KH. Sholeh Iskandar (Alm) Sebagai Pahlawan Nasionalâ€. Pada seminar tersebut Universitas Ibn Khaldun Bogor mengundang 3 (tiga) pembicara, yaitu Prof. M. Mas’ud Said, Ph.D (Staff Khusus Menteri Sosial RI), Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, MS (Direktur Sekolah Pascasarjana) dan Dr. Rushdy Hoesein, M.Hum (Sejarahwan).Selain itu, dihadiri oleh Dr. H. E. Bahruddin, MA (Rektor Universitas Ibn Khaldun Bogor), Sejarahwan, Pemerintaan Kota Bogor, Direktur Bank Syariah Amanah Ummah, Direktur Rumah Sakit Islam, Kelurahan, Kecamatan Kota Bogor, dan Seluruh Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor. Seminar tersebut membahas tentang perjuangan KH. Sholeh Iskandar yang telah menjadi pahlawan nasional khususnya kota Bogor. K.H Sholeh Iskandar adalah seorang ulama kharismatik di wilayah Jawa Barat di Kota Bogor. Beliau seorang ulama yg gigih menentang kolonialisme Belanda di Indonesia. Masa mudanya dihabiskan di medan perang yakni sebagai Komandan Hizbullah (Batalyon O). Beliau pun pernah menjadi anggota TNI dengan pangkat terakhir Kolonel pada zaman Presiden Soekarno. namun, dalam perjalanannya beliau berhenti menjadi anggota TNI dan lebih aktif berpolitik bersama K.H M Natsir sebagai pengurus Masyumi. Garis politik Masyumi berseberangan dengan Nasakomnya presiden Soekarno. Selepas itu, kira kira pada tahun 1967 beliau lebih aktif bergerak di bidang Sosial dan Pendidikan. karyanya yg masih bisa dirasakan sampai dengan saat ini adalah Membangun desa Pasatren kecamatan Pamijahan sebagai perkampungan modern dengan tata ruang yang memenuhi syarat kesehatan dan lingkungan yg tertata dengan baik , Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah di kawasan Cinangneng, Kemudian Universitas Ibn Khaldun Bogor yang didirikan pada tanggal 23 April 1961, Rumah Sakit Islam Bogor (1982), dan BPRS Amanah Ummah pada tahun 1980. yg tak kalah penting adalah keikhlasan beliau dalam mentransformasikan ilmu kepada murid-muridnya telah melahirkan ulama-ulama besar khususnya di wilayah Bogor diantaranya Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc. Pembicara menyampaikan setidaknya ada 4 Karakter K.H Sholeh Iskandar yg patut kita teladani: 1) K.H Sholeh adalah sosok pemberani dan amanah, 2) K.H Sholeh tegas dalam menolak dan melawan kedzaliman, 3) Merakyat, dan 4) Keberpihakan kepada ummat di atas kepentingan pribadi dan golongan. semoga apa yang K.H Sholeh Iskandar laakukan dalam perjuangannya, mampu diteruskan oleh kita generasi-generasi saat ini dan generasi masa yang akan datang sebagai bentuk kecintaan kita kepada Islam dan negeri Indonesia.
Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc Dianugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama Oleh Presiden RI
Memperingati HUT RI ke 70 Pemerintah Republik Indonesia memberikan tanda kehormatan kepada 46 orang yang di selenggarakan di Istana Negara Jakarta, Kamis (13/8/2015). Keputusan Presiden RI Nomor 84/TK/TAHUN 2015 tanggal 7 Agustus 2015 tentang penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama kepada 13 orang, salah satunya yaitu Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc. Pemberian tanda kehormatan ini merujuk pada Pasal 28 ayat 2 UU No 20/2009, yang dianggap telah berjasa di berbagai bidang, pengabdian dan pengorbanan baik di bidang sosial, politik, ekonomi, hukum, budaya hingga iptek serta darmabakti dan jasanya diakui secara luas di tingkat nasional maupun internasional.
Selamat Kepada: Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, MS Atas Anugrah sebagai “Tokoh Perbukuan Islam Nasional 2014â€
Sivitas Akademika Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, mengucapkan selamat kepada: Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, MS selaku Dekan Pascasarjana UIKA Bogor, Atas Anugrah sebagai “Tokoh Perbukuan Islam Nasional 2014â€Â oleh Ikatan Penerbit Indonesia Pada Malam Anugerah Islamic Book Award (IBA) 2014 di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu 1 Maret 2014. * * * Islamic Book Fair (IBF) setiap tahunnya memberikan anugerah Book Award kepada para tokoh yang berjasa dalam dunia perbukuan. Menurut Antonio, Book Award sesungguhnya sudah ada sejak zaman Rasulullah.  Rasul adalah insan pertama yang melakukannya. Betapa tidak, Rasulullah  telah memberikan reward kepada yang bisa mengajarkan baca tulis dari tahanan Perang Badar, dengan hadiah yang sangat besar berupa pembebasan dirinya. Terkait Islamic Book Fair, Antonio berharap, pemberian Islamic Book Award akan turut membebaskan bangsa Indonesia dari  buta huruf, buta ilmu dan buta sains Islam. Ia pun berpesan kepada penerima Islamic Book Award 2014, agar dapat menjadi inspirasi dan mengamalkan ilmunya. “Sebagai tokoh, ia harus  menjadi inspirasi rekan sejawat para penulis untuk terus produktif. Ia juga harus menjadi orang pertama yang mengamalkan ilmunya,†tandas Antonio. “Jika mungkin ilmunya harus berfungsi ganda, yakni mencerahkan dan memberdayakan.  Intinya, bagaimana orang ketika membaca bukunya mendapatkan ilmu , mendapat iman, dan mendapat uang sekaligus,†harapnya. (sumber: www.islamic-bookfair.com)